21/11/13 0 komentar

Kesambet jin korea.

“Bellaaaa…!!! Aku berteriak.

“Nisaaaa…!!! Balas teriaknya dari ujung sana.

Obrolan kami pun di warnai dengan teriakan yang tak kunjung selesai. Sampai suara kami berdua terasa hampir habis.

“Gimana, udah sampe rumah?”

Udah, loe ke rumah gue sekarang, gih!” pinta Bela.

“Oke, siapa takut. Oleh-olehnya ada?”

“Ada tenang aja.”

“Meluncur.”

Klik. Telepon kututup.


Bella baru pulang dari luar negeri setelah 3 tahun ikut ayahnya dinas. Di sepanjang perjalanan, benakku membayangkan oleh-oleh yang Bella bawa untukku.

“Taraaaahhhh…!!!” Bella mengeluarkan kaos berwarna putih bergambar boyband (SU-JU) SUPER JUNIOR. Aku terdiam.


“Bel, loe kan abis pulang dari Mesir,  loe kesambet jin korea di mana?”


Diikutsertakan dalam #FF100Kata


Terinspirasi dari majalah yang pernah saya baca. Tapi saya lupa apa nama majalahnya.


19/11/13 0 komentar

Hanya aku yang tersisa.

Terdengar suara gemuruh dari kejauhan. Aku dan Ayah sama-sama menajamkan telinga. Cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba menjadi gelap.

“BOOMMMM…!!!”

Cahaya seperti kilat  menghantam sebuah gedung. Bumi bergetar. Terjadi kepanikan yang luar biasa, kekacauan terjadi hampir di seluruh dunia. Manusia di ambang kepunahan.

“Billy, cepat sembunyi ke ruang bawah tanah.” Seru Ayah.

Sementara Ayah berusaha mencari dan menyelamatkan Ibu. Selang berapa lama saat kejadian itu, aku berdiri di antara reruntuhan bangunan. Mataku menyapu bersih ke seluruh penjuru. Gedung-gedung pencakar langit sudah rata dengan tanah, ribuan mayat manusia bergelimpangan berlumur darah.

Awalnya semua baik-baik saja, sebelum ratusan piring terbang raksasa itu datang.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata
0 komentar

Ternyata!




“DJ mulai memainkan musik.”

Pertunjukan fashion show akan segera di mulai. Puluhan busana rancangan desainer ternama akan di pamerkan di sini. Di belakang panggung Adriana tampak gugup. Tapi, walaupun begitu ia akan tetap melakukan yang terbaik.

Menjadi model terkenal adalah impian Adriana sejak kecil. Ia tak peduli walau kedua orang tuanya menentang keinginannya itu.

Dari balik panggung satu demi satu model itu bermunculan. Berlenggak-lenggok di atas catwalk, berpose lalu memutar badannya. Riuh. Saat andriana berjalan memakai lingerie merah dengan sayap yang mengepak di kedua sisinya. Langkahnya begitu anggun.

Puluhan pasang mata tertuju pada wanita yang dulu memiliki nama Adrianto itu.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata



18/11/13 0 komentar

Mata pembunuh.

Ilustrasi



Mata adalah salah satu panca indra yang paling wanita itu suka. Ia senang sekali berlama-lama memandangi mata lelakinya, sesekali ia juga suka memainkannya.

“Dengan begini bertambah satu lagi koleksiku.” Gumamnya dalam hati.

Sore itu, di teras rumah sambil menikmati senja ia mengaduk secangkir coklat panas. Sendok untuk mengaduk coklat panas itulah yang ia gunakan untuk mencongkel mata para lelakinya. Kemudian, ia menyimpan semua mata itu dalam sebuah toples bening yang terbuat dari kaca. Sudah puluhan pasang mata yang berhasil ia koleksi dan mungkin akan terus bertambah. Entah bagaimana menjelaskannya, wanita itu selalu merasa bahagia setiap kali mata-mata itu berkedip padanya.



Diikutsertakan dalam #FF100Kata
16/11/13 4 komentar

Sial!

Ilustrasi



 “Dasar cowok cupu.

Perkataan itu yang masih terpatri di benak Deni. Teman-teman sebayanya mengejeknya begitu lantaran hanya dia saja yang belum pernah melakukan ML (Making love).

Merasa geram atas perlakuan teman-temannya, lantas Deni nekat pergi ke tempat prostitusi sendirian. Deni menyewa salah satu PSK untuk melampiaskan syahwatnya. Di ruangan yang tak terlalu luas ini Deni akan melepas keperjakaannya.

Dengan keadaan setengah telanjang wanita itu mendekat ke arah Deni yang sedari tadi sudah berbaring di ranjang. Untuk pertama kalinya Deni mengalami ini. Jantungnya berdegub kencang, hasratnya membuncah.

“Aawww…” Deni merintih kesakitan.

Wanita di hadapannya melenguh, kedua tanganya memegang cambuk dan dildo.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata

Catatan :

Cupu merupakan bahasa gaul dari singkatan Culun Punya.
Dildo (atau dildoe) adalah alat permainan seks biasanya berbentuk seperti penis untuk interaksi jasmani dalam masturbasi atau hubungan seksual.

15/11/13 0 komentar

Aku Su(Parman)

Ilustrasi



Saat pertama kali aku masuk ke dalam kamarnya, aku langsung di buat takjub. Segala hal di kamarnya, mulai dari tempat tidur, dekorasi di dinding hingga bantal semuanya memperlihatkan tokoh fiksi itu.

Itu belum seberapa, bahkan Parman rela mengeluarkan uang ratusan juta dan nekat memermak wajah dan tubuhnya supaya persis seperti superhero idolanya.

“Dasar orang sinting.”

Entah kegilaan apalagi yang akan di lakukannya. Siang itu dia berniat menuntaskan segala obsesi dan ambisinya, dengan kostum berwarna biru, jubah berwarna merah dan perisai “S” berwarna kuning di dadanya, dia berdiri di atas balkon di apartemannya di lantai 20.

“Akulah SUPARMAN.”

Tubunya meluncur bebas.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata



14/11/13 2 komentar

Surat dari masa depan.

ilustrasi



Tahun 2350.

Dunia telah berubah, Manusia sudah tak percaya dengan agama. Uang, berlian dan semua benda berharga lainnya sudah tak ada nilainya lagi.

Semua orang terpaksa mengantre, menunggu giliran untuk di tato pergelangan tangannya. Dengan begitu manusia resmi bersekutu dengannya—Iblis.

Manusia tak perlu lagi bekerja. Setiap hari yang ada hanyalah kesenangan dan berpesta pora. Dengan menscan tato barcode di pergelangan tangan, semua orang bebas membeli apapun tanpa harus membayar. Makan, minum dan kebutuhan lainnya, semuanya gratis. Sedangkan orang yang masih percaya adanya Tuhan—seperti aku, hanya menunggu kematian menjemput.

“Klik.”

“Semoga suratku ini di baca manusia pada masa lampau.”


Diikutsertakan dalam #FF100Kata
13/11/13 0 komentar

Virus ganas.

ilustrasi



“Coba jelaskan apa keluhanmu?”

“Jantung saya sering berdegup kencang dan tak beraturan, Dok. Perasaan saya selalu gelisah, setiap malam saya selalu susah tidur.”

“Sejak kapan anda mengalami itu?”

“Sekitar satu tahun terakhir ini sih, Dok.”

Dokter di hadapanku ini mencoba menganalisis penyakit apa yang sedang aku derita. Dengan alat yang di hubungkan ke telinganya ia mendeteksi sesuatu yang aneh di dalam dadaku.

“Gimana, Dok?”

“Sepertinya anda positif terkena virus, tak ada yang bisa menolong anda, terkecuali anda sendiri. Terlebih virus ini tergolong ganas dan tak ada obatnya.”

 “Saran saya, nyatakan saja perasaanmu atau cinta yang mengendap itu akan menggerogoti hatimu.”


Diikutsertakan dalam #FF100Kata



12/11/13 0 komentar

AYAH.

ilustrasi.



“Bu, aku ingin berhenti dari pekerjaan dan menjadi penulis.”

“Apa?”

Perkataanku mengejutkan Ibu yang sedang memasak di dapur. Pandangannya tertuju padaku. Aku tertunduk, sorotan matanya menyiratkan ketidaksetujuan.

“Nanti Ibu sampaikan keinginanmu pada Ayah, Ibu yakin Ayahmu pun tak akan setuju.”

Begitulah, aneh memang. Sejak dulu setiap kali aku menginginkan sesuatu aku akan bilang kepada Ibu. Kemudian Ibuku akan menyampaikan pada Ayah, di penuhi atau tidaknya keinginanku itu tergantung persetujuannya. Iya, aku dan Ayah memang jarang sekali berkomunikasi.

*

“Ayah bilang apa?” Ibu menarik napas kemudian menghembuskanya perlahan.

“Lakukan sesukamu, Ayahmu bilang seorang pria punya impian yang tidak bisa di mengerti wanita.”


Diikutsertakan dalam #FF100Kata
11/11/13 0 komentar

Jagoan.




“Iya… terus, Bu…”

“Bagus, dorong terus…”

Napas wanita itu tersengal-sengal, keringat sudah membanjiri wajah dan seluruh tubuhnya. Dokter Ridwan dibantu asistennya masih berusaha mengeluarkan si jabang bayi dari rahim wanita itu. Sementara lelakinya menunggu di luar, cemas menunggu kelahiran anak pertamanya. Bibirnya tampak sibuk merapal do’a.

“Ibu, tarik napas dalam-dalam dari hidung.” Perintah dokter.

“Iyak, doronggg…” wanita itu menjerit sejadi-jadinya. Suaranya menggema ke seluruh ruangan.

Hening…


Seorang bayi laki-laki telah lahir. Tapi, bayi itu bergeming pun tak mengeluarkan tangisan. Dokter Ridwan berinisiatif menampari bokong bayi itu supaya menangis. Bayi itu menyeringai. Dengan kaki mungilnya ia menendang dokter itu hingga terpental.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata
0 komentar

Kejar dan Hajar.



Malam itu sunyi sekali. Di luar rumah hanya terdengar ceracau binatang malam dan sesekali terdengar suara lolongan anjing. Aku berjalan terkantuk-kantuk saat menuju dapur. Tengah malam begini aku terjaga, tenggorokanku malam itu terasa kering. Ingin rasanya aku minum barang satu sampai dua teguk air untuk menghilangkan haus.

Aku tergeragap, saat mendengar suara aneh dari arah dapur. Aku mengendap-endap untuk mencari tahu. Ternyata, dua orang berpakaian serba hitam masuk dalam rumah.

“Malinggg…” teriakku. Mereka tersentak, lalu lari terbirit-birit.


“Kejar.”

Tiba-tiba nenek yang sedari tadi tidur pulas di kamar, muncul di sampingku seraya melempar sapu. Sapu itu terbang dan menghajar maling itu.



Diikutsertakan dalam #FF100Kata 
09/11/13 1 komentar

Mati (lagi)




“Katanya kamu cinta sama aku. Tapi, kenapa kamu malah selingkuh dengan perempuan jalang itu?”

Wajah Ratih memerah, darah dalam tubuhnya seperti mendidih. Di bawah panggung penonton di buat terpukau dengan aktingnya. Ia begitu menjiwaii karakter tokoh dalam cerita.

“Dengar penjelasanku dulu.”

Robi bergegas mengejar dan menarik tangan Ratih. Belum juga sempat Robi berbicara sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipinya.

Hening…

Merasa terhina atas perlakuan Ratih, Robi mengambil sebilah pisau yang sudah disiapkan untuk properti. Dan tanpa ragu menancapkannya di punggung Ratih. Robi menyeringai.
Pertunjukan telah usai. Penonton bertepuk tangan. Di bawah panggung sekali lagi, aku harus menyaksikan kematianku sendiri.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata



08/11/13 0 komentar

Racikan kopi, sang istri.




“Harum…”

Hidungku mengendus aroma kopi yang menyeruak dari arah dapur. Dari teras rumah kupandangi wajah istriku yang sedang asik memutar-mutar sendok kecil pada sebuah cangkir kopi. Aku merasa menjadi manusia paling beruntung, punya istri cantik sekaligus pandai membuat kopi.

“Ah,.. Sedap.”

Kuseruput kopi ternikmat buatan istriku itu. Lalu mulai membaca koran pagi ini. Bosan, semua isi berita tentang korupsi. Kusesap lagi, lagi dan lagi bibir cangkir itu hingga kopi habis tak tersisa. Tiba-tiba pandanganku mulai gelap, begitu pekat seperti ampas kopi. Kepalaku berkunang-kunang. Tubuhku tergeletak di lantai.

Ternyata selain kopi dan gula, istriku sengaja menambahkan racun di dalam kopi racikannya.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata

07/11/13 0 komentar

Perawan tua.






Mau sampai kapan kamu nunggu lelaki itu?”

Kata-kata Bapak masih terngiang di kepalaku. Seharusnya dulu aku menuruti perintahnya, menikah dengan anak dari teman masa kecilnya. Tapi, aku malah menolak perjodohan itu. Karena hidup ini terlalu singkat untuk di jalani bersama orang yang salah.

“Aku janji, kepergianku tak akan lama. Setelah lulus dan mendapatkan pekerjaan, aku akan pulang dan langsung melamarmu.”

Ucapan dan tatapan mata mas Jaka waktu itu begitu menyakinkanku. Ini sudah 10 tahun sejak kepergianya. Tak kuhiraukan walau banyak pria yang berusaha menggodaku.

Tapi,

Sekarang apalah arti setia, yang tersisa hanya seorang kembang desa yang menjelma menjadi perawan tua.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata
06/11/13 2 komentar

Sopir angkot itu?

Kembali lagi, kulihat ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kiriku.
Sudah hampir jam sebelas malam. Angin malam mulai menyisir kulit. Keadaan di halte ini mulai sepi.
Hanya ada aku sendiri. Sudah lebih dari empat jam aku di sini. Entah sudah berapa ratus angkutan umum yang melintas di depanku. Aku hanya menunggu angkutan umum yang kutumpangi kemarin. Tapi, sedari tadi, sejak jam pulang kantor hingga kini, angkutan umum yang kumaksud tak kunjung lewat.
Aku dibuat penasaran dengan sosok sopir kemarin, wajahnya tak asing buatku. Memang masih samar-samar di ingatanku. Tapi aku yakin pasti itu Ayah. Ayahku yang dulu.

Diikutsertakan dalam #FF100Kata

 
;