Kembali lagi, kulihat ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kiriku.
Sudah hampir jam sebelas malam. Angin malam mulai menyisir kulit. Keadaan di halte ini mulai sepi.
Hanya ada aku sendiri. Sudah lebih dari empat jam aku di sini. Entah sudah berapa ratus angkutan umum yang melintas di depanku. Aku hanya menunggu angkutan umum yang kutumpangi kemarin. Tapi, sedari tadi, sejak jam pulang kantor hingga kini, angkutan umum yang kumaksud tak kunjung lewat.
Aku dibuat penasaran dengan sosok sopir kemarin, wajahnya tak asing buatku. Memang masih samar-samar di ingatanku. Tapi aku yakin pasti itu Ayah. Ayahku yang dulu.
Diikutsertakan dalam #FF100Kata
Sudah hampir jam sebelas malam. Angin malam mulai menyisir kulit. Keadaan di halte ini mulai sepi.
Hanya ada aku sendiri. Sudah lebih dari empat jam aku di sini. Entah sudah berapa ratus angkutan umum yang melintas di depanku. Aku hanya menunggu angkutan umum yang kutumpangi kemarin. Tapi, sedari tadi, sejak jam pulang kantor hingga kini, angkutan umum yang kumaksud tak kunjung lewat.
Aku dibuat penasaran dengan sosok sopir kemarin, wajahnya tak asing buatku. Memang masih samar-samar di ingatanku. Tapi aku yakin pasti itu Ayah. Ayahku yang dulu.
Diikutsertakan dalam #FF100Kata
2 komentar:
Di sini, Dibuat, kutumpangi. Hehe.. :)
wah, iya... aku salah...
makasih Ayu, sudah diingatkan... :)
Posting Komentar