Selimut berlapis lapis ini
tak mampu jadi penghalang. Sapaan angin menyusupi pori pori. Dinginnya malam
serasa menusuk tulang. Di luar aneka
binatang malam riuh senandungkan nyanyian malam selepas hujan. Aku memilih
sunyi, gelapnya malam menghapuskan arah dan tujuan.
Entah mengapa mata ini masih
enggan terpejam. Aku masih sibuk membolak balikkan badan mencari posisi tidur
yang nyaman. Aku mengerjap-ngerjapkan mata.
Aku pun terjaga
dikeheningan malam bersama lampu kamar yang terlihat sayup.
"Perasaan apa
ini?"
Seperti ada yang
bergejolak di dalam dada yang ingin berusaha keluar. Tapi, entah apalah itu,
yang pasti perasaaan ini membuat malamku terasa tak nyaman.
Kini posisi tidurku tepat
menghadap langit langit kamar, kedua tangan kulipat dibelakang kepala.
Pikiranku kini terlempar ke masa lampau, ke 7 tahun yang lalu tepatnya.
"Ah, dia lagi."
batinku.
Wajahnya tereflesi begitu
jelas dilangit langit kamar, aku tak pernah lupa siapa pemilik senyum semanis
itu. Iya, dia teman satu kelasku dulu.
Waktu itu, kami masih
kelas 1 SMP. Aku masih ingat betul betapa lucunya tingkahku saat berhadapan
langsung dengannya.
“ Hei, kenalin namaku, Aji. Nama kamu siapa?”
Kuulurkan tanganku sembari
memasang senyum paling manis. Ada hening beberapa detik. Mata kami pun bertemu.
Tak lama kemudian dia menyambut tanganku hangat.
“Aku Anna.” Ia pun
tersenyum kecil.
---
Sejak perkenalan itu,
tanpa aku sadari tingkahku mulai aneh. Diam diam aku suka sekali memandanginya
dari kejauhan. Entah kenapa aku tak pernah merasa jemu melihat parasnya itu.
Aku suka cara dia memperhatikan pelajaran, aku suka cara dia makan, cara dia
berjalan apapun yang dia lakukan mataku selalu terasa nyaman, seolah setiap
saat ingin merekam segala gerak gerik yang dia lakukan. Bahkan tanpa dipikirkan
pun dia selalu datang disaat aku terlelap.
Aku menarik napas dalam
dalam, menghembuskannya kembali perlahan. Kini pikiranku semakin jauh
menerawang, ingin sekali bertemu dengan dia barang sekejap. Walau hanya sekadar
bertegur sapa menanyakan bagaimana kabarnya. Disini, diantara kemeriahan
bintang, untuk kesekiannya aku merasa kamu begitu jauh meski masih berteduh
dibawah langit yang sama. Disinilah aku, diantara keheningan malam memikirkan
seseorang yang tidak pernah bisa kudapatkan. Seseorang yang menghancurkan
harapan yang ada dari dulu, yang tumbuh mulai dari kecil, hingga semakin lama
semakin membesar lalu semakin menjauh dan hilang. Disinilah aku, diantara
kesunyian sekali lagi kuulangi tingkah bodohku mengingat ingat kenangan
tentangmu.
Kuraih handphone yang ada di meja. Kunyalakan,
kubuka kembali pesan pesan yang menumpuk di draf yang belum sempat kukirimkan
padamu.
Kubuka kotak pesan, sekali
lagi kubaca pesan terakhir yang kamu kirim untukku.
“Assalamualaikum”
“Hei, jik. aku mau ngasih kabar baik nih. Bulan depan aku
mau meried. aku minta doa restunya
yah. ^_^”
***
Pernah diikutsetakan dalam #AntologiRindu tanpa kata rindu.