24/12/13 0 komentar

Terbayang-bayangmu.

Selimut berlapis lapis ini tak mampu jadi penghalang. Sapaan angin menyusupi pori pori. Dinginnya malam serasa menusuk tulang.  Di luar aneka binatang malam riuh senandungkan nyanyian malam selepas hujan. Aku memilih sunyi, gelapnya malam menghapuskan arah dan tujuan.

Entah mengapa mata ini masih enggan terpejam. Aku masih sibuk membolak balikkan badan mencari posisi tidur yang nyaman. Aku mengerjap-ngerjapkan mata.
Aku pun terjaga dikeheningan malam bersama lampu kamar yang terlihat sayup.

"Perasaan apa ini?"

Seperti ada yang bergejolak di dalam dada yang ingin berusaha keluar. Tapi, entah apalah itu, yang pasti perasaaan ini membuat malamku terasa tak nyaman.
Kini posisi tidurku tepat menghadap langit langit kamar, kedua tangan kulipat dibelakang kepala. Pikiranku kini terlempar ke masa lampau, ke 7 tahun yang lalu tepatnya.

"Ah, dia lagi." batinku.

Wajahnya tereflesi begitu jelas dilangit langit kamar, aku tak pernah lupa siapa pemilik senyum semanis itu. Iya, dia teman satu kelasku dulu.
Waktu itu, kami masih kelas 1 SMP. Aku masih ingat betul betapa lucunya tingkahku saat berhadapan langsung dengannya.

“ Hei, kenalin namaku, Aji. Nama kamu siapa?”

Kuulurkan tanganku sembari memasang senyum paling manis. Ada hening beberapa detik. Mata kami pun bertemu. Tak lama kemudian dia menyambut tanganku hangat.

“Aku Anna.” Ia pun tersenyum kecil.

---

Sejak perkenalan itu, tanpa aku sadari tingkahku mulai aneh. Diam diam aku suka sekali memandanginya dari kejauhan. Entah kenapa aku tak pernah merasa jemu melihat parasnya itu. Aku suka cara dia memperhatikan pelajaran, aku suka cara dia makan, cara dia berjalan apapun yang dia lakukan mataku selalu terasa nyaman, seolah setiap saat ingin merekam segala gerak gerik yang dia lakukan. Bahkan tanpa dipikirkan pun dia selalu datang disaat aku terlelap.

Aku menarik napas dalam dalam, menghembuskannya kembali perlahan. Kini pikiranku semakin jauh menerawang, ingin sekali bertemu dengan dia barang sekejap. Walau hanya sekadar bertegur sapa menanyakan bagaimana kabarnya. Disini, diantara kemeriahan bintang, untuk kesekiannya aku merasa kamu begitu jauh meski masih berteduh dibawah langit yang sama. Disinilah aku, diantara keheningan malam memikirkan seseorang yang tidak pernah bisa kudapatkan. Seseorang yang menghancurkan harapan yang ada dari dulu, yang tumbuh mulai dari kecil, hingga semakin lama semakin membesar lalu semakin menjauh dan hilang. Disinilah aku, diantara kesunyian sekali lagi kuulangi tingkah bodohku mengingat ingat kenangan tentangmu.
Kuraih handphone yang ada di meja. Kunyalakan, kubuka kembali pesan pesan yang menumpuk di draf yang belum sempat kukirimkan padamu.
Kubuka kotak pesan, sekali lagi kubaca pesan terakhir yang kamu kirim untukku.

“Assalamualaikum”

“Hei, jik. aku mau ngasih kabar baik nih. Bulan depan aku mau meried. aku minta doa restunya yah. ^_^”
                                                                        ***


Pernah diikutsetakan dalam #AntologiRindu tanpa kata rindu.
11/12/13 3 komentar

Di sini aku...

Di sini aku duduk termangu melamunkan engkau. Aku tak tahu sudah berapa kali hal bodoh itu aku lakukan. Jari jemariku tak mampu menghitungnya, puluhan, ratusan bahkan ribuan kali, entah aku tak mengingatnya. Coba jelaskan, bagaimana bisa parasmu terefleksi di langit-langit kamar, suaramu terus bergaung di dinding di dalam ruang hatiku. Sungguh aku tak tahu. Karna bagaimanapun segala ingatan tentangmu sudah terpatri dan selalu membekas di hati ini.

Di sini aku duduk termangu melamunkan engkau. Lagi dan lagi mengulangi kebodohan yang sama. Kuhirup asap tipis yang menguar dari secangkir kopi. Aromanya begitu memanjakan indra penciumanku. Sekali lagi kusesap bibir cangkir itu. Hangat. Ada semacam kedamaian yang menelusup ke rongga dada, mencairkan segala gundah nestapa. Tak kusangka rindu bisa segigil ini.
10/12/13 0 komentar

Semesta, beritahu aku...

Semesta...
Beritahu aku bagaimana kabarnya?
Sore ini aku melihat bayangannya di langit senja.
Semburat jingga itu, memancarkan cahaya kesedihan.

Semesta...
Beritahu aku apa dia bahagia?
Demi angin yang setia membelai rerumputan.
Aku sungguh merindunya, rindu rentangan peluknya.

Semesta...
Beritahu aku apa saat ini dia juga memikirkanku?
Apa saat ini dia juga melihat senja yang sama?
Jawab. Jangan memaksaku bercengkrama dengan kesepian.



 
;